Menurut Wikipedia kesehatan mental adalah tingkatan kesejahteraan psikologis atau ketiadaan gangguan jiwa. Kesehatan jiwa terdiri dari beberapa jenis kondisi yang secara umum dikategorikan dalam ‘kondisi sehat’, ‘gangguan kecemasan’, ’stres’, dan ‘depresi’. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan jiwa yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain di sekitar.
Menurut halodoc, kesehatan mental dipengaruhi oleh peristiwa dalam kehidupan yang merupakan dampak yang besar pada kepribadian dan perilaku seseorang. Pristiwa yang dimaksud dapat berupa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, atau stress berat jangka panjang. Hal-hal tersebut bisa menyebabkan gangguan gangguan mental atau penyakit mental.
Salah satu yang paling sering dialami adalah depresi. Gejala dari depresi ini ialah sedih, lesu, dan tidak bersemangat dalam menjalani aktivitas meskipun itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh kegagalan di sekolah, teman kerja, maupun dalam hal cinta. Depresi abnormal ketika depresi tersebut berlanjut dimana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Atkinson dkk, 1991).
Seperti yang dilansir pada laman dosenpsikologi, penanganan yang dapat dilakukan adalah pengobatan dan psikoterapi. Dalam hal pengobatan, hal yang biasa dilakukan adalah pemberian obat anti depresan biasanya bertujuan menormalisasi tingkat kimia dalam otak yang lazimnya disebut neurotransmitter yang paling utama dipengaruhi oleh pemberian anti depresan ditujukan kepada neurotransmitter lainnya yaitu dopamine. Selain itu, dalam hal psikoterapi jenis terapi yang paling efektif adalah dalam menangani depresi adalah terapi kognnitif-perilaku dan terapi interpersonal.
Selain itu, manajemen emosi dari diri sendiri juga sangat penting. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi depresi adalah dengan tidak overthinking, tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain, tidak membiarkan diri larut dalam kesedihan, dan mencoba untuk membuka diri kepada orang lain untuk menceritakan hal-hal yang terjadi pada dirinya. Dengan melakukan hal tersebut, diharapkan kesehatan mental kita selalu terjadi.
Hal lain yang juga dapat memengaruhi kesehattan mental adalah lingkungan. Maka dari itu, dalam memilih lingkungan untuk pertemanan sebaiknya memilih lingkungan sehat dan tidak toxic. Berusaha agar bisa mendapat lingkungan yang sesuia dengan kita dan juga lingkungan yang selalu mendukung kita dalam keadaan apapun.
Untuk menjaga kesehatan mental, kita juga bisa untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Dengan cara itu, diharapkan kita mendapat tempat untuk bercerita dan berkeluh kesah saat kita tidak dapat menceritakan masalah kita kepada orang lain.
Selain itu, kita juga dapat berjalan-jalan untuk menjernihkan kembali pikiran kita. Tempat seperti sawah atau air terjun bisa menadi pilihan yang tepat saat pikiran kita sedang tidak jernih. Hal-hal seperti itu akan membawa kedamaian dalam pikiran kita. Selain hal yang sudah disebutkan di atas, hendaknya kita harus benar-benar mengetahui apa akar dari depresi yang kita dapatkan, karena dengan begitu akan lebih mudah dalam mengatasi stress dan depresi yang kita dapatkan. Jika mengalami depresi sampai merasa ingin bunuh diri atau cenderung menyakiti diri sendiri, hendaknya segera mendatangi psikolog atau psikiatri karena jika dibiarkan, rasa itu nantinya akan membunuh kita secara perlahan-lahan.
Bercerita juga dapat meredakan depresu dan stress yang anda rasakan. Jangan memendam semuanya sendirian, usahakan untuk meluapkan emosi yang menumpuk dalam diri anda. Dengan begitu, kesehatan mental anda juga akan terjaga.
Sumber Referensi:
- Atkinson, dkk. 1991. Pengantar Psikologi. Alih Bahasa : Nurdjannah Taufiq. Jakarta : Erlangga
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_jiwa
- https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental
- https://www.google.com/amp/s/dosenpsikologi.com/depresi-dalam-psikologi/amp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar